Sabtu, 02 Juni 2018

LAPORAN PRAKTIKUM PEMBUATAN JAHE SERBUK INSTAN


BAB I
PENDAHULUAN


1.1.       Latar Belakang
         Saat ini banyak makanan dan minuman yang ditawarkan sebagai produk suplemen yang dapat meningkatkan kesehatan tubuh jika dikonsumsi. Minuman kesehatan merupakan minuman yang mengandung unsur-unsur zat gizi atau non gizi dan jika dikonsumsi dapat memberikan pengaruh positif terhadap kesehatan tubuh. Minuman kesehatan sebagai salah satu produk yang sudah dikenal masyarakat, banyak dijumpai di pasaran dengan berbagai merek dan bentuk, seperti dalam bentuk cair, serbuk instan atau tablet. Kecenderungan masyarakat saat ini adalah lebih suka menggunakan produk yang kemasan dan penyajiannya lebih praktis dan cepat, karena tidak perlu membutuhkan banyak waktu dalam mempersiapkannya. Salah satu contoh minuman kesehatan yang dapat dijumpai adalah minuman instan ekstrak jahe, dimana produk tersebut umumnya dibuat dengan mengambil sari dari rimpang jahe kemudian dilakukan pengolahan lebih lanjut. Kebanyakan produk tersebut dijumpai dalam bentuk serbuk, tablet, ataupun cairan.
         Jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula atau rempah-rempah lain. Minuman instan ekstrak jahe dimanfaatkan untuk menciptakan produk yang praktis dan efisien, sehingga diharapkan diperoleh manfaat bagi kesehatan.

1.2.       Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk:
a.    Mengetahui tahap-tahap pembuatan jahe instan
b.    Mengetahui fungsi bahan-bahan dalam pembuatan jahe instan.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

     Jahe (Zingeber officinale), adalah tanaman rimpang yang sangat populer sebagai rempah-rempah dan bahan obat. Rimpangnya berbentuk jemari yang menggembung di ruas-ruas tengah. Rasa dominan pedas disebabkan senyawa keton yang bernama zingeron. Berdasarkan ukuran dan warna rimpangnya, jahe dapat dibedakan menjadi 3 varietas, yaitu jahe besar (jahe gajah), jahe kecil (jahe empriy), dan jahe merah (jahe sunti). Jahe merah dan jahe kecil banyak dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan, sedangkan jahe besar dimanfaatkan sebagai bumbu masak (Matondang, 2005).
     Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Oleoresin jahe mengandung komponen gingerol, paradol, shogaol, zingerone, resin dan minyak atsiri. Persenyawaan zingerone tidak dalam bentuk persenyawaan keton bebas, melainkan dalam persenyawaan aldehid alifatis jenuh, terutama senyawa n-heptanal (Ravindran et al., 2005).
Secara tradisional ekstrak jahe digunakan antara lain sebagai obat sakit kepala, obat batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti mual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut) dan sebagai obat luar untuk mengobati gatal dan digigit serangga, keseleo, bengkak, serta memar (Shukla, 2007).
     Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan dan antikanker. Mengkonsumsi jahe secara rutin sangat baik pengaruhnya bagi kesehatan dan kebugaran tubuh. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingerone memiliki antioksidan di atas Vitamin E. Selain itu, jahe mampu menaikkan aktivitas salah satu sel darah putih, yaitu sel natural killer (NK) dalam melisis sel targetnya, yaitu sel tumor dan sel yang terinfeksi virus (Zakaria et al., 1999).
     Berbagai penelitian membuktikan bahwa jahe mempunyai sifat antioksidan. Beberapa komponen utama dalam jahe seperti gingerol, shogaol dan gingeron memiliki aktivitas antioksidan di atas vitamin E. Selain itu jahe juga mempunyai aktivitas antimetik dan digunakan untuk mencegah mabuk perjalanan (Tien et al,. 2010).
     Mengkonsumsi ekstrak jahe dalam minuman fungsional dan obat tradisional dapat meningkatkan daya tahan tubuh dan mengobati diare. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak jahe dapat meningkatkan daya tahan tubuh yang direfleksikan dalam sistem kekebalan, yaitu memberikan respon kekebalan inang terhadap mikroba pangan yang masuk ke dalam tubuh (Radiati et al. 2003).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
  
3.1   Alat dan bahan
Alat yang dibutuhkan dalam pembuatan jahe instan adalah: talenan, pisau, blender, mangkuk stainless, kain saring, nampan, piring plastik, sendok, wajan, timbangan, spatula kayu. Adapun bahan yang dibutuhkan adalah; jahe gajah/empirit 1 kg, gula pasir 1 kg, dan air secukupnya

3.2    Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada _________ yang bertempat di ______

3.3    Prosedur Kerja
Jahe dicuci dan dikupas, lalu jahe dihancurkan dengan cara diparut. Saring jahe yang sudah dihancurkan dengan menggunakan kertas saring untuk memisahkan filtrat (cairan) dengan ampasnya. Dicampurkan filtrat jahe dengan gula pasir dengan perbandingan 1:1. Diaduk sampai gula terlarut sempurna. Filtrat akan mendidih dan menimbulkan busa, maka dikecilkan api kompor. Ketika busa mulai turun dan filtrat berubah menjadi tepung, dimatikan api kompor, lalu dilakukan pengadukan terus menerus dan semakin dipercepat. Setelah menjadi tepung, dilakukan pengayakan. Tepung yang masih menggumpal dihancurkan kemudian diayak kembali dan pengayakan harus diselesaikan selagi jahe instan masih panas.

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1  Hasil Praktikum
Tabel 4.1 Data Hasil Organoleptik Jahe Instan
Panelis
Uji Mutu Hedonik/Uji Hedonik
Aroma
Warna
Rasa
Endapan
Kesukaan
1
3
3
2
2
3
2
3
3
3
2
3
3
3
3
2
2
3
4
3
3
3
1
3
5
3
3
2
2
3
6
3
3
2
1
3
7
3
3
2
1
3
8
3
4
3
1
3
9
4
3
2
1
3
10
3
3
2
1
3
11
3
3
3
2
3
12
4
3
2
1
4
13
3
3
2
1
4
14
4
3
2
1
4
15
4
3
2
1
4
Jumlah
49
46
34
20
49
Rata-rata
3,267
3,067
2,267
1,333
3,267
keterangan :
·      Aroma      : 4 = sangat khas; 3 = khas; 2 = agak khas; 1 = tidak khas
·      Warna      : 4 = sangat cerah; 3 = cerah; 2 = agak cerah; 1 = tidak cerah
·      Rasa         : 4 = sangat manis; 3 = manis; 2 = agak manis; 1 = tidak manis
·      Endapan : 4 = sangat banyak; 3 = banyak; 2 = agak banyak; 1 = tidak banyak
·      Kesukaan : 4 = sangat suka; 3 = suka; 2 = agak suka; 1 = tidak suka

4.2  Pembahasan
Jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula dan atau rempah-rempah lain. Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa. Jahe instan tidak berwarna putih tapi agak kekuning-kuningan ini diperkirakan pengaruh dari warna jahe yang gunakan. Jahe instan ini rasa nya masih terasa pedas, dan untuk rasa manisnya sudah bisa di katakan cukup karena sudah ditambahkan gula pasir.
Pada proses pembuatan jahe instan menggunakan prinsip kristalisasi yang didasarkan pada pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah dicairkan. Secara umum, mekanismenya adalah sebagai berikut : sukrosa dipanaskan akan mencair dan bercampur dengan bahan lainnya, ketika air menguap akan terbentuk kembali menjadi butiran-butiran padat. Sifat sukrosa sangat dipengaruhi oleh pH, jika pH larutan rendah (asam) maka proses kristalisasi tidak akan terbentuk dan larutan menjadi liat. Jadi, semua bahan pangan pada dasarnya dapat dijadikan serbuk instan asalkan larutannya memiliki pH yang tidak asam. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pH optimum yang dapat menghasilkan produk yang baik sekitar 6,7 - 6,8. Pembuatan jahe menjadi jahe instan dibutuhkan ketelitian dan kecepatan dalam mengaduknya sampai menjadi bubuk kasar lalu diayak. Pengayakan ini di lakukan agar bubuk halus dan bubuk kasar terpisah.
Berdasarkan hasil pembuatan jahe instan diuji oleh 15 orang panelis. Pada kategori aroma dinyatakan aromanya khas jahe instan dengan nilai rata-rata yaitu 3,267. Kategori warna dinyatakan jahe instan memiliki warna yang cerah putih kekuningan dengan nilai rata-rata yaitu 3,067. Kategori rasa dinyatakan jahe instan memiliki rasa yang agak manis dengan nilai rata-rata yaitu 2,267 hal ini dikarenakan rasa jahe yang pedas masih dominan. Kategori endapan dinyatakan jahe instan tidak memiliki banyak endapan dengan nilai rata-rata yaitu 1,333. Dan kategori kesukaan dinyatakan bahwa panelis menyukai jahe instan dengan nilai rata-rata yaitu 3,267. 

BAB V
PENUTUP
  
5.1  Kesimpulan
Dari praktikum pembuatan jahe instan dapat disimpulkan bahwa jahe instan merupakan produk pangan yang berbentuk serbuk, terbuat dari ekstrak jahe yang ditambah gula dan atau rempah-rempah lain. Pada proses pembuatan jahe instan menggunakan prinsip kristalisasi yang didasarkan pada pemanfaatan sifat gula pasir (sukrosa) yang dapat kembali membentuk kristal setelah dicairkan. Jahe memiliki kandungan aktif yaitu oleoresin. Oleoresin adalah minyak dan damar yang merupakan campuran minyak atsiri sebagai pembawa aroma dan sejenis damar sebagai pembawa rasa.
Secara tradisional ekstrak jahe digunakan antara lain sebagai obat sakit kepala, obat batuk, masuk angin, untuk mengobati gangguan pada saluran pencernaan, stimulansia, diuretik, rematik, menghilangkan rasa sakit, obat anti-mual dan mabuk perjalanan, karminatif (mengeluarkan gas dari perut).
  
5.2  Saran
Diharapkan praktikan dapat memahami panduan praktikum sebelum melakukan praktikum. Dalam pembuatan jahe instan dibutuhkan ketelitian dan kecepatan dalam mengaduknya sampai menjadi bubuk kasar. 
DAFTAR PUSTAKA
Matondang, L. 2005. Zinngiber officinale L. Bandung: Pusat Penelitian dan Pengembangan Obat Unas.
Radiati, L.E., et al,. 2003. Pengaruhekstrak diklormetan jahe (Zingiberofficinale) terhadap pengikatan toksin koleraB-subunit conjugasi (FITC) pada reseptor selhibridoma LV dan Caco-2. Jurnal Teknologidan Industri Pangan XIV(1): 59−67.
Ravindran et al., 2005. Ginger The Genus Zingiber, CRC Press, New Momentum. Semarang : Fakultas Teknik 21 Universitas Wahid Hasyim.
Shukla, dan Sing M. 2007. Cancer Prevwntive Properties Of Ginger: A Brief Review. J. Food And Chemical Toxicology. 
Tien R. Muchtadi, Sugiyono, dan Fitriyono Ayustaningwarno. 2010.  Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Bogor: Alfabeta CV. 
Zakaria FR, Rajab TM. 1999. Pengaruh ekstrak jahe (Zingeber officinale) terhadap produksi radikal bebas makrofag mencit sebagai indikator imunostimulan secara in vitro. Yogyakarta: Prosiding Seminar Nasional Teknologi Pangan.